Pages

Senyum karyamin

images
Judul: Senyum Karyamin
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 71
Senyum Karyamin adalah kisah pertama sekaligus judul yang dipilih Ahmad Tohari untuk kumpulan cerita pendek ini. Bercerita tentang seorang pemuda pengangkat batu kali yang bernama Karyamin. Karyamin dan kawan-kawannya setiap hari harus mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material. Kesewenang-wenangan para tengkulak mempermainkan harga batu membuat kehidupan Karyamin dan kawan-kawannya tak menjauh dari kemiskinan dan kelaparan. Para pengumpul batu itu senang mencari hiburan dengan menertawakan diri mereka sendiri. Itu adalah cara mereka untuk bertahan hidup. “Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan (halaman 3).”
Pagi itu seperti biasa Karyamin mengangkut batu bersama kawan-kawannya. Namun beberapa kali ia tergelincir. Ia merasakan matanya berkunang-kunang dan perutnya melilit. Setiap kali tubuh Karyamin meluncur dan jatuh terduduk, beberapa kawannya terbahak bersama. Ketika bibir Karyamin nyaris membiru dan pening di kepalanya semakin menghebat menahan rasa lapar yang menggigit, Karyamin memutuskan untuk pulang walaupun ia tahu tak ada apapun untuk mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Kegetiran Karyamin semakin menjadi ketika sesampainya di rumah Pak Pamong menagih sumbangan dana Afrika untuk menolong orang-orang yang kelaparan di sana.
Ironis, begitu barangkali membaca kisah Karyamin. Serupa dengan kedua belas cerita pendek lainnya di dalam buku ini, Ahmad Tohari mendekatkan pembacanya melalui cerita kehidupan orang-orang kecil yang lugu dan sederhana. Melalui tokoh-tokoh sentral ceritanya yang berasal dari kalangan wong cilik itu Tohari seolah ingin menyampaikan pesan sebuah tanggung jawab kemanusiaan. Dan mengutip kalimat di Prakata, “Inilah pesan persaudaraan yang berwawasan lintas budaya dan lintas derajat antar makhluk.”

Resensi Novel Revolusi 2020 : Cinta, Ambisi dan Korups

Novel karya Chetan Bhagat ini semula ragu-ragu saya beli, namun setelah membaca pengantarnya bahwa Chetan Bhagat adalah penulis novel ” Three Idiot ”  yang di filmkan itu, maka saya pun tak berpikir lagi untuk memilihnya. Seperti pada kisah Three Idiot yang mengkritik sistem pendidikan teknik di india, novel ini juga mengangkat tema yang sama yaitu kritik sistem pendidikan dan pola pikir masyarakat di India.
Novel ini mengambil latar belakang di kota Varanasi, di tepi sungai gangga di India. Berkisah tentang  perjalanan hidup Gopal, Raghav dan Aarti sejak kecil, dengan dinamika hidup  setelah tamat SMA.  Dalam menentukan pilihan-pilihannya mereka sangat tertekan oleh perspektif masyarakat india yang sangat menginginkan anak-anaknya menjadi Insyinyur. Malang bagi Gopal yang kemampuannya di bidang exact pas-pasan meskipun telah belajar keras tidak mendapat kursi di Fakultas Teknik. Ayahnya yang pensiunan guru, miskin dan penyakitan terus memaksa gopal untuk bimbingan selama setahun dan kuliah di Teknik. Ayahnya berpikir bahwa hanya dengan menjadi insyinyurlah maka kehidupannya bisa berubah. Ayahnya sampai rela meminjam uang agar anaknya bisa bimbingan di tempat yang bonafit di kota lain. Ditempat bimbingan Gopal bertemu dengan anak-anak yang juga dipaksa menjadi insyinyur oleh orang tuanya.  Dunia mereka seakan runtuh dan tidak dihargai kerja kerasnya selama sekolah oleh keluarga dan lingkungannnya hanya karena tidak bisa lulus di Fakultas Teknik.
https://s2.bukalapak.com/system2/images/3/5/1/1/1/2/7/large/Revolution-2020.png?1386146378

Berbeda dengan Raghav yang cerdas, dia langsung diterima di universitas di kotanya. namun raghav merasa bahwa jurnalistik adalah panggilan jiwanya. Dia menghabiskan waktunya sebagai wartawan kampus. Meskipun demikian, Raghav tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Namun harus bertengkar dengan orang tuanya ketika menolak tawaran kerja diperusahaan teknik dan memilih menjadi wartawan dengan gaji yang kecil. Raghav ingin berjuang menyadarkan warga kotanya  dan bermimpi melakukan revolusi untuk memperbaiki sistem birokrasi yang rusak dikotanya di tahun 2020.
Gopal yang selama ini tertindas oleh kemiskinan, tumbuh menjadi seorang yang penuh ambisi. Kaya adalah tujuannya, ketika ditawari bisnis pendidikan oleh seorang anggota dewan yang korup, dia merasa itulah kesempatan satu satunya untuk merubah nasibnya. Idealisme Raghav yang setelah selesai memilih menjadi wartawan dan mendirikan pers yang independen akhirnya bertemu dengan kampus Gopal yang diduga hasil pencucian uang sang anggota dewan. Idealisme Raghav, Ambisi Gopal berbalut cinta mereka pada sahabat kecilnya yaitu Aarti menambah dinamika dua orang sahabat ini.
Novel ini secara telanjang memperlihatkan bobroknya institusi pendidikan di India yang sebagai lembaga nirlaba seharusnya tidak mencari untung namun menjadi mesin pencari uang tanpa memperhatikan mutu dan masa depan anak didiknya. kemampuan penulisnya untuk mendiskripsikan kondisi lingkungan, tekanan sosial dan prolematika di masyarakat yang sangat realistik sangat menghidupkan novel ini.  Demikian pula kemampuan penulis dalam mendeskripsikan suasana hati Gopal, Raghav dan Aarti dalam melewati dinamika hidupnya masing -masing membuat kita larut, seakan turut merasakan apa yang mereka rasakan. Bagi yang melankolis seperti saya, bersiaplah sapu tangan ketika membaca Novel ini.
Novel sangat direkomendasikan pada pendidik, mahasiswa dan  orang tua. Kondisi masyarakat India memiliki kemiripan dengan masyarakat kita yang banyak tidak memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih jalan hidup yang diinginkannya. Terkadang orang tua tidak sadar, bahwa belajar dan bekerja bukan hanya masalah mencari uang saja, profesi yang sesuai dengan kata hati, minat dan bakat  akan membuahkan kesuksesan. Dan sebaliknya bisa menjadi malapetaka.