Novel karya Chetan Bhagat ini semula ragu-ragu saya beli, namun setelah membaca pengantarnya bahwa Chetan Bhagat adalah penulis novel ” Three Idiot ” yang di filmkan itu, maka saya pun tak berpikir lagi untuk memilihnya. Seperti pada kisah Three Idiot yang mengkritik sistem pendidikan teknik di india, novel ini juga mengangkat tema yang sama yaitu kritik sistem pendidikan dan pola pikir masyarakat di India.
Novel ini mengambil latar belakang di kota Varanasi, di tepi sungai
gangga di India. Berkisah tentang perjalanan hidup Gopal, Raghav dan
Aarti sejak kecil, dengan dinamika hidup setelah tamat SMA. Dalam
menentukan pilihan-pilihannya mereka sangat tertekan oleh perspektif
masyarakat india yang sangat menginginkan anak-anaknya menjadi
Insyinyur. Malang bagi Gopal yang kemampuannya di bidang exact pas-pasan
meskipun telah belajar keras tidak mendapat kursi di Fakultas Teknik.
Ayahnya yang pensiunan guru, miskin dan penyakitan terus memaksa gopal
untuk bimbingan selama setahun dan kuliah di Teknik. Ayahnya berpikir
bahwa hanya dengan menjadi insyinyurlah maka kehidupannya bisa berubah.
Ayahnya sampai rela meminjam uang agar anaknya bisa bimbingan di tempat
yang bonafit di kota lain. Ditempat bimbingan Gopal bertemu dengan
anak-anak yang juga dipaksa menjadi insyinyur oleh orang tuanya. Dunia
mereka seakan runtuh dan tidak dihargai kerja kerasnya selama sekolah
oleh keluarga dan lingkungannnya hanya karena tidak bisa lulus di
Fakultas Teknik.
Berbeda dengan Raghav yang cerdas, dia langsung diterima di universitas di kotanya. namun raghav merasa bahwa jurnalistik adalah panggilan jiwanya. Dia menghabiskan waktunya sebagai wartawan kampus. Meskipun demikian, Raghav tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Namun harus bertengkar dengan orang tuanya ketika menolak tawaran kerja diperusahaan teknik dan memilih menjadi wartawan dengan gaji yang kecil. Raghav ingin berjuang menyadarkan warga kotanya dan bermimpi melakukan revolusi untuk memperbaiki sistem birokrasi yang rusak dikotanya di tahun 2020.
Gopal yang selama ini tertindas oleh kemiskinan, tumbuh menjadi seorang yang penuh ambisi. Kaya adalah tujuannya, ketika ditawari bisnis pendidikan oleh seorang anggota dewan yang korup, dia merasa itulah kesempatan satu satunya untuk merubah nasibnya. Idealisme Raghav yang setelah selesai memilih menjadi wartawan dan mendirikan pers yang independen akhirnya bertemu dengan kampus Gopal yang diduga hasil pencucian uang sang anggota dewan. Idealisme Raghav, Ambisi Gopal berbalut cinta mereka pada sahabat kecilnya yaitu Aarti menambah dinamika dua orang sahabat ini.
Novel ini secara telanjang memperlihatkan bobroknya institusi pendidikan di India yang sebagai lembaga nirlaba seharusnya tidak mencari untung namun menjadi mesin pencari uang tanpa memperhatikan mutu dan masa depan anak didiknya. kemampuan penulisnya untuk mendiskripsikan kondisi lingkungan, tekanan sosial dan prolematika di masyarakat yang sangat realistik sangat menghidupkan novel ini. Demikian pula kemampuan penulis dalam mendeskripsikan suasana hati Gopal, Raghav dan Aarti dalam melewati dinamika hidupnya masing -masing membuat kita larut, seakan turut merasakan apa yang mereka rasakan. Bagi yang melankolis seperti saya, bersiaplah sapu tangan ketika membaca Novel ini.
Novel sangat direkomendasikan pada pendidik, mahasiswa dan orang tua. Kondisi masyarakat India memiliki kemiripan dengan masyarakat kita yang banyak tidak memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih jalan hidup yang diinginkannya. Terkadang orang tua tidak sadar, bahwa belajar dan bekerja bukan hanya masalah mencari uang saja, profesi yang sesuai dengan kata hati, minat dan bakat akan membuahkan kesuksesan. Dan sebaliknya bisa menjadi malapetaka.
Berbeda dengan Raghav yang cerdas, dia langsung diterima di universitas di kotanya. namun raghav merasa bahwa jurnalistik adalah panggilan jiwanya. Dia menghabiskan waktunya sebagai wartawan kampus. Meskipun demikian, Raghav tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Namun harus bertengkar dengan orang tuanya ketika menolak tawaran kerja diperusahaan teknik dan memilih menjadi wartawan dengan gaji yang kecil. Raghav ingin berjuang menyadarkan warga kotanya dan bermimpi melakukan revolusi untuk memperbaiki sistem birokrasi yang rusak dikotanya di tahun 2020.
Gopal yang selama ini tertindas oleh kemiskinan, tumbuh menjadi seorang yang penuh ambisi. Kaya adalah tujuannya, ketika ditawari bisnis pendidikan oleh seorang anggota dewan yang korup, dia merasa itulah kesempatan satu satunya untuk merubah nasibnya. Idealisme Raghav yang setelah selesai memilih menjadi wartawan dan mendirikan pers yang independen akhirnya bertemu dengan kampus Gopal yang diduga hasil pencucian uang sang anggota dewan. Idealisme Raghav, Ambisi Gopal berbalut cinta mereka pada sahabat kecilnya yaitu Aarti menambah dinamika dua orang sahabat ini.
Novel ini secara telanjang memperlihatkan bobroknya institusi pendidikan di India yang sebagai lembaga nirlaba seharusnya tidak mencari untung namun menjadi mesin pencari uang tanpa memperhatikan mutu dan masa depan anak didiknya. kemampuan penulisnya untuk mendiskripsikan kondisi lingkungan, tekanan sosial dan prolematika di masyarakat yang sangat realistik sangat menghidupkan novel ini. Demikian pula kemampuan penulis dalam mendeskripsikan suasana hati Gopal, Raghav dan Aarti dalam melewati dinamika hidupnya masing -masing membuat kita larut, seakan turut merasakan apa yang mereka rasakan. Bagi yang melankolis seperti saya, bersiaplah sapu tangan ketika membaca Novel ini.
Novel sangat direkomendasikan pada pendidik, mahasiswa dan orang tua. Kondisi masyarakat India memiliki kemiripan dengan masyarakat kita yang banyak tidak memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih jalan hidup yang diinginkannya. Terkadang orang tua tidak sadar, bahwa belajar dan bekerja bukan hanya masalah mencari uang saja, profesi yang sesuai dengan kata hati, minat dan bakat akan membuahkan kesuksesan. Dan sebaliknya bisa menjadi malapetaka.
0 komentar:
Posting Komentar